TABANAN BALI – Harapan manusia tentang kehidupan yang di idealkan. Tak ayal harapan hidup tersebut disandarkan kepada kebahagiaan yang duniawi.
Sukses yang di cenderungkan kepada kekayaan harta, mapan dan lain sebagainya. Sudah bukan rahasia umum sebagai mimpi kebanyakan orang.
Perjalanan hidup seseorang, yang tadinya bukan orang mampu, atau miskin harta. Kemudian ia bekerja, belajar giat untuk menggapai mimpi atau cita-citanya. Setelah itu tergapai, ternyata tidak membuat seseorang menjadi bahagia seutuhnya.
Artinya, kekayaan harta, atau berubahnya kondisi sosial ekonomi dan derajat sosial pada seseorang, bukan salah satu sebagai tolak ukur seseorang akan menjadi bahagia. Bahkan dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an.
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), Manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur Panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Baqarah Ayat 96).
Ketamakan terhadap duniawi oleh orang-orang yang fokus akan hal itu. Ustadzah Mamah Dedeh menanggapi bahwa hal demikian merupakan suatu kondisi yang tidak baik.