TABANANBALI.COM – Malang nasib kehidupan seorang bocah kelas tiga SD I Putu Martin Suputra. Bocah berusia 9 tahun tersebut hidup sebatang kara, lantaran kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Dia tinggal wilayah Subak Babakan, Banjar Lebah, Desa/Kecamatan Marga.
Meski kesehariannya diurus oleh pamannya yang tak lain adalah saudara kandung ayahnya. Namun disaat seperti sekarang ini kondisinya masih kekurangan.
Baca Juga: Inspirasi Buat Kaki Palsu Berbahan Sampah Plastik Bagi Penyandang Disabilitas, Seharga Solidaritas
Apalagi disaat pemerintah mengambil kebijakan pembelajaran daring (online). Putu Martin tidak memiliki handphone sama sekali untuk rutin mengikuti pembelajaran daring. Belum lagi masalah kesulitan dalam membeli paket internet jika meminjam HP miliki sepupu dan teman setiap harinya.
Putu Martin memang kerap kali diberikan support dan dukungan oleh keluarganya. Bahkan sesali diberikan oleh Bhabinkamtibmas Desa Marga, Aiptu I Ketut Sudilaksana untuk membantu sekedar membelikan paket internet.
Baca Juga: Amalan Surat Yusuf, Penguat Batin Hingga Kewibaan Diri
Meski keadaan rumah Putu Martin kondisinya layak huni. Ini berkat awal tahun 2020, ayahnya Putu Martin I Made Sumertana mendapat bantuan bedah rumah dari Pemkab Tabanan. Namun begitu rumah ini rampung, tiga bulan setelahnya Putu Martin ditinggal sang ayah. Sebelumnya Putu Martin bersama ayahnya tinggal bersama keluarga besar.
Putu Martin dengan wajah tersenyum dia ingin bercita-cita menjadi polisi. Dia sedikit malu untuk bicara.
Putu Matin mengaku ingin sama seperti temannya agar dapat mengikuti pembelajaran daring dengan normal setiap hari dan dapat fokus belajar. Akan tetapi kendala lagi-lagi HP.
Baca Juga: Amalan Surat Yusuf, Penguat Batin Hingga Kewibaan Diri