Ini Penjelasannya, Dalam Situasi dan Keadaaan Apa Umat Hindu Boleh Mengkonsumsi Sapi

- 8 Agustus 2021, 11:04 WIB
Penjelasan dalam Sstuasi dan keadaaan apa Umat Hindu boleh mengkonsumsi sapi.
Penjelasan dalam Sstuasi dan keadaaan apa Umat Hindu boleh mengkonsumsi sapi. /Tangkapan Layar dari akun instagram @filsafat_hindu

TABANANBALI – Berdasarkan Veda, sapi memang merupakan binatang yang sangat disakralkan. Diuraikan bahwa sapi merupakan lambang dari Ibu Pertiwi yang memberikan kesejahteraan kepada seluruh mahluk hidup di bumi ini.

Karena itulah para umat manusia diajarkan untuk tidak menyemblih dan memakan daging sapi.

Baca Juga: Nora Alexandra Ungkap Perasaannya Usai Jerinx SID Jadi Tersangka Lagi

Selain itu mempunyai manfaat didalam kehidupan rohani, sapi juga memelihara kita di kehidupan material kita seperti misalnya dengan memberikan susu sapi dan berbagai produk susu.

Tidak hanya itu sapi juga memberikan berbagai jenis bahan obat-obatan seperti misalnya kencing sapi dan tahi sapi. Bahkan ilmuwan modern sekalipun meminta menerima bahwa air kencing sapi dan kotoran sapi mengandung zat anti septik yang bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri SCTV Malam Ini, Fajar Balas Dendam Hingga Pasha dan Friska Batal Tunangan

Lalu kapan dan dalam keadaan Umat Hindu boleh mengkonsumsi sapi. Dilansir dari instagram @filsafat hindu.

Semua Dharmaśāstra (hukum-hukum Hindu) menyatakan bahwa membunuh sapi dilarang keras kecuali untuk tiga alasan ini.

  1. Untuk Yajna (kurban suci);
  2. Upacara Śrāddha (penghormatan kepada leluhur)
  3. Dan untuk menghormati tamu.

Tiga alasan ini termuat sangat jelas pada sabda-brahman Nārāyaṇa Viṣṇu kepada ibu Pṛthivī di dalam dua śloka Viṣṇu Dharmaśāstra (51.64–65).

Baca Juga: Arya Saloka Umumkan Pamit Dari Sinetron Ikatan Cinta RCTI, Ini Alasannya

Untuk alasan No. 1 dan 2, Hindu Bali mengkurbankan sapi dan banteng sebagai hewan kurban dalam upacara-upacara besar.

Ini tidaklah salah (seperti yang dipropagandakan oleh anti-Hindu Bali), karena di dalam Veda sapi dikurbankan dalam upacara disebut go-medha dan banteng dalam upacara yang disebut śula-gava.

Baca Juga: PUPR Target Bendungan Sidan, Badung, Rampung Tahun 2023, Pengerjaan Kontruksi Capai 76,7 Persen

Masih berbicara tentang pramāṇa 1 dan 2 diatas yaitu tentang kurban suci, anjuran Veda kepada setiap orang mengenai makan adalah hanya memakan yajña-śiṣṭa (saiban), atau prasāda (lungsuran) sebagai makanan, yaitu makanan yang telah dipersembahkan kepada Tuhan.

Bhagavad Gītā (3.13) menyatakan Yajña-śiṣṭāśinaḥ santo mucyante sarva-kilbisaiḥ:

"Para penyembah Tuhan terbebas dari segala jenis dosa sebab mereka memakan makanan yang telah lebih dahulu dipersembahkan dalam kurban suci".

Baca Juga: 3 Cara Usir Nyeri Pasca Sembuh dari Covid-19

Bhuñjate te tv aghaṁ pāpā ye pacanty ātma-kāraṇāt: "Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kesenangan indera pribadi, sesungguhnya hanya makan dosa."

Mānava-Dharmaśāstra (11.60–67) berpendapat bahwa membunuh sapi atau mencuri sapi adalah Upa-pātaka, suatu pelanggaran kecil yang menyebabkan hilangnya kualitas diri.

Bahkan meminum alkohol justru berkategori Mahā-pataka bagi seorang dvija, yaitu salah satu dosa paling keji.

Baca Juga: ZODIAK HARI INI Minggu 8 Agustus 2021, Kerja Keras Pisces Membuahkan Hasil

Yajñāvalkya Dharmaśāstra (13.13–20) setuju dengan pendapat Mānava bahwa membunuh sapi atau menculik sapi adalah pelanggaran kecil.

Perbuatan memperlakukan sapi seperti itu sama dengan pelanggaran menebang pohon atau mencabut rumput-rumput, atau membiarkan seorang adik menikah mendahului kakaknya.

Perlindungan atau penghormatan kepada sapi lebih mewakili etos budaya Asia selatan sendiri daripada tradisi Hindu ortodoks.

Baca Juga: Jerinx SID Diperiksa di Polda Metro Jaya Jakarta Besok Senin 9 Agustus 2021

Karena sapi adalah hewan disakralkan maka sapi di dalam Hindu Bali pun sangat menjunjung peran sapi dan benteng sebagai hewan kurban.

'Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pengendalian diri dan apapun yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepada-Ku, wahai putera Kuntī.

Baca Juga: 6 Jenis Olahan Minuman Penambah Imun, Salah Satunya Teh Talua

Bhagavad Gītā (9.27)

Sanātana-Dharma berarti bhakti. Keyakinan seseorang bisa berubah, namun setiap dari mereka tidak ada yang terlepas dari kewajiban untuk melayani pihak lain.

Karena itu, kewajiban untuk melayani bersifat kekal. Tanpa sentuhan pelayanan atau pengabdian (sikap bhakti), pelayanan yang bersifat suci, maka tidak ada prinsip-prinsip yang layak untuk disebut sebagai prinsip-prinsip dharma. 

Baca Juga: Peruntungan Shio Kuda, Shio Kambing, Monyet, Minggu 8 Agustus 2021: Bahaya Tanggungan Keluarga Bikin Frustasi

Pelaksanaan prinsip-prinsip dharma haruslah berpusat kepada Tuhan, sa vai puṁsāṁ paro dharmo yato bhaktir adhokṣaje dharma tertinggi setiap manusia adalah dharma yang memungkinkan manusia mencapai bhakti dalam cinta kasih rohani kepada-Nya.

Seharusnya setiap orang menjadikan Tuhan sebagai orientasi hidupnya, sebab orientasi hidup yang demikian akan membentuk karakter yang luhur dengan sendirinya sarvair guṇais tatra samāsate surāḥ. ***

Editor: Aulia Nasri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah