TABANAN BALI – Simak solusi dan muhasabah diri dari ustadz Dhanu ketika menghadapi pasangan yang tidak sefaham atau sering bertengkar dalam rumah tangga.
Menikah dan memiliki pasangan adalah salah satu hal yang didambakan oleh sebagian manusia.
Keinginan teresebut merupakan salah satu hal yang disunahkan rasuluullah SAW kepada umanya untuk menyempurnakan ibadah.
Memiliki pasangan yang baik dan juga saling membantu, saling mengasihi dan saling menyayangi dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah adalah suatu hal yang penting dan butuh keimanan dan niat yang baik dan ikhlas.
Untuk dapat mewujudkan keinginan memiliki pasangan yang baik tersebut tidak bisa hanya dengan angan-angan saja, melainkan membutuhkan ilmu yang diikuti dengan pengamalanya.
Seiring dengan pesatnya penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, ketika tidak dibentengi dengan iman dan taqwa dalam hati dan jiwa seseorang, maka akan sulit untuk mewujudkan pernikahan dan keluarga sakinah, mawadah, warahmah.
Ketika suatu pernikahan diuji dengan pemikiran antar suami istri yang tidak sefaham, di sinilah awal mula konflik rumah tangga biasanya dimulai.
Dikutip Tabanan Bali dari publikasi artikel kementrian agama Sumatera Barat, Jumat 3 Februari 2022, Penghulu ahli madya kecamatan kecamatan Padang Utara, DRS.
Juhar mengungkapkan bahwa, rumah tangga yang tidak dilandasi iman dan taqwa dapat menimbulkan beberapa konflik setelah pernikahan.
Ketika pasangan tidak sepaham dan menimbuklan konflik, banyak konflik rumah tangga yang mengakibatkan timbulnya penganiayaan, kekerasan fisik, psikis, kekerasan dalam ekonomi dan lain sebagainya.
Banyak dari kita yang kurang menyadari, bahwa semua yang terjadi pada hidup kita itu disebabkan karena perbuatan kita sendiri, termasuk musibah atau konflik dalam berumah tangga.
Dikutip Tabanan Bali dari video yang diunggah dalam chanel youtube MNV TV Official dalam acara siraman qalbu, hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan ustadz dhanu kepada jamaahnya bahwa musibah yang dialami manusia merupakan akibat dari perbuatan tangan sendiri atau perbuatan dulu-dulunya.
“Seorang muslim itu rata-rata ketika mengalami musibah ya yang difikirkan ya musibah itu saja, misalnya kalau pusing ya minum obat, kalau agak berat ya ke dokter, ya yang difikirkan cuma itu saja, jarang sekali diajarkan itu merupakan akibat dari buah tangan, berarti ada perbuatan yang tidak baik yang dilakukan dahulu," kata ustadz Dhanu.
Ustadz Dhanu juga menjelaskan, ketika pasangan itu tidak sefaham bisa jadi diakibatkan karena salah satu dari pasangan tersebut atau keduanya melanggar salah satu firman Allah.
Seperti yang dijelaskan dalam Qur’an surah Ali-Imran ayat 159, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
“Disinilah ayat ini dilanggar, atau mereka tidak mengetahui makna “lintalahum” lemah lembutlah pada mereka, gak mau lemah lembut. Dan itu dilakukan terus setiap saat”. tutur ustadz Dhanu.
Lebih lanjut ustadz Dhanu juga menjelaskan bahwasanya akhlak yang buruk yang dilakukan kepada orang tua semasa remaja atau sebelum menikah juga bisa berdampak pada kehidupan rumah tangga nantinya.
Karena Allah akan menjodohkan orang yang sekufu, ketika orang tersebut hobinya kasar kepada orang tua, bisa saja Allah juga menjodohkan dengan seseorang yang hobinya marah-marah, sehingga sering selisih faham atau cekcok ketika sudah menikah.
Bahkan yang lebih berbahaya lagi ketika pasangan tersebut semasa hidupnya sering bertengkar dengan orang tua, maka dapat menimbulkan keguguran.
“Bagaimana kalau pasangan tersebut sering berantem dengan orang tuanya? Besok gak taunya pasangan tersebut sering keguguran, itu dasarnya, bukan karena rahimnya lemah, bukan. Tetapi karena sering cerewet dengan orang tuanya,” pungkas ustadz Dhanu.
Maka dari itu ustadz Dhanu menasehati jamaahnya agar merenung dan mengevaluasi dirinya, janganlah mudah emosi terutama dengan orang tua, karena selisih faham yang terjadi ketika menikah bisa juga disebabkan karean kesalahan dari diri sendiri.***