Kopi Diprediksi Akan Jadi Komoditi Langka di Masa Depan Akibat Dampak Perubahan Iklim, Simak Fakta Peneliti

4 Februari 2022, 20:39 WIB
Kopi Diperkirakan Akan Jadi Komoditi Langka di Masa Depan Akibat Dampak Perubahan Iklim, Simak Fakta Penelitian Terbaru Berikut Ini //Pexels/Rodolfo Quiros

TABANAN BALI – Pada masa depan, Kopi diperkirakan akan menjadi salah satu komoditi langka sebagai akibat dampak perubahan iklim global.

Hasil penelitian terbaru mengungkapkan banyak komoditas yang akan berkurang kuantitasnya akibat perubahan iklim global, salah satunya kopi.

Kopi merupakan salah satu komoditi yang mengalami peningkatan permintaan di akhir-akhir ini.

Konsumsi kopi dunia mengalami keanaikan yang cukup drastis seiring berubahnya gaya hidup masyarakat.

Baca Juga: Dampak Merokok Penyebab Obesitas Hingga 3 Generasi Setelahnya, Fakta Penelitian Terbaru Ungkap Hal Ini

Kopi saat ini tidak hanya sekedar diminum dan dikonsumsi, tetapi sudah menjadi gaya hidup terbaru khususnya generasi muda.

Kopi tidak hanya dijadikan sebagai minuman, namun kini sudah diolah untuk campuran beberapa makanan baik minuman, kue dan sebagainya.

Dikutip Tabnan Bali dari artikel yang dipublikasikan dalam laman kemenperin, Jumat 3 februari 2020, tercatat kurang lebih 70 negara menanam kopi.

Menurut Asosiasi Eksportir Indonesia (AEKI), setiap tahunya produksi kopi dalam negeri mencapai 630 ton lebih, dan 70 persen dari jumlah itu diekspor.

Baca Juga: Merokok Dapat Menyebabkan Obesitas Hingga 3 Generasi Setelahnya, Simak Fakta Penelitian Terbaru!

Namun hal mengejutkan justru diungkapkan peneliti dalam penelitian terbarunya, di masa depan, diperkirakan dunia akan kehilangan setengah dari lahan penghasil kopi terbaiknya.

Hal ini dipengaruhi karena perubahan iklim yang beragam.

Produsen kopi terbesar di dunia, Brasil juga dipekirakan para ilmuwan akan mengalamai penurunan lahan pertanian kopi sebesar 97 persen.

Para ilmuwan dari Swiss mengatakan, perubahan iklim yang sebelumnya sudah diprediksi akan mengakibatkan penurunan jumlah lahan yang cocok untuk ditanami kopi, alpukat dan jambu mete secara signifikan.

Baca Juga: Minyak Goreng Langka di Ritel Modern, Simak Kebijakan Terbaru Menteri Perdagangan

Perubahan iklim ini dapat berdampak pada petani dan juga seluruh konsumen kopi di dunia.

Hingga saat ini peneliti berfokus pada penelitian mengenai dampak perubahan iklim terhadap makanan pokok, seperti gandum, kentang dan biji minyak pada daerah yang beriklim sedang.

Daerah tropis juga menopang cadangan keanekaragaman hayati yang luas, serta daerah untuk menanam banyak tanaman penting yang memberikan pendapatan dan makanan bagi populasi manusia yang besar.

Salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan tersebut adalah untuk mengetahui dan mengkaji parameter tanah selain faktor iklim murni, misalnya saja suhu dan pola curah hujan.

Dimana kedepanya peneliti dapat memberikan pandanganya mengenai dampak masa depan yang dapat mengubah beberapa daerah tropis untuk menanam tanaman tertentu akibat perubahan faktor seperti Ph dan tekstur tanah.

Beberapa penelitian sebelumnya mngungkapkan bahwa, baru-baru ini terdapat penelitian yang meninjau analisis pemodelan tentang bagaimana perubahan iklim dapat mengakibatkan penyakit dan kematian secara menyeluruh pada kelapa sawit.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kedepanya kematian pohon kemungkinan akan meningkat secara signifikan setelah tahun 2050.

Secara kolektif, studu-studi tersebut menjelaskan mengenai bagaimana dampak perubahan iklim terhadap beberapa tanaman yang ditanam, khususnya yang berada di daerah tropis, atau mungkin terdapat pergeseran jenis tanaman yang cocok di tanam di daerah yang sebelumnya bukan tempat tumbuhnya.

Baca Juga: Pengembangan Wisata Danau Toba, Menparekraf: Komitmen Wujudkan Danau Toba Sebagai Destinasi Wisata Unggul

Misalnya sebagian China, Argentina, dan AS cenderung menjadi lebih cocok untuk menanam kopi, seperti halnya Brasil dan Kolombia yang melihat tanah mereka menjadi kurang cocok ditanami kopi.

Dampak perubahan ini tidak lepas dari pengaruh emisi gas rumah kaca.

Peneliti mengatakan, kita perlu beradaptasi dengan perubahan yang sedang berlangsung di daerah tropis, misalnya dengan mengalihkan budidaya tanaman tertentu ke berbagai daerah di mana dampak iklim akan lebih ramah.

Tapi tidak menutup kemungkinan beberapa tanaman yang biasanya ditanam di daerah tropis menjadi langka dan harganya semakin mahal kedepanya.***

Editor: Fredja Putri

Sumber: Kemenperin

Tags

Terkini

Terpopuler