Cerita dr. Mahayasa yang Koleksi Mobil Klasik dan Tua, Suka Mobil dari SMA, Semakin Langka Semakin Bernilai

- 17 Juli 2021, 13:36 WIB
Salah satunya Mobil Fiat Combi koleksi dr. I Gusti Ngurah Bagus Mahayasa
Salah satunya Mobil Fiat Combi koleksi dr. I Gusti Ngurah Bagus Mahayasa /Tim tabananbali.com/

TABANANBALI – Keberadaan mobil klasik atau mobil tua (lawas) saat ini belum tergerus zaman. Bahkan semakin tua dan memiliki nilai historis diburu oleh peminatnya. Mobil-mobil tua pabrikan tahun 50 sampai 90-an itulah yang kini dikoleksi oleh seorang pensiunan dokter yang pernah bertugas di BRSU Tabanan dr. I Gusti Ngurah Bagus Mahayasa.

Bakat sang yang suka dengan mobil klasik dan hobinya dengan lawas nan antik membuat dr. Mahayasa mengoleksi berbagai kendaraan mobil tua. Ada belasan mobil klasik tua yang dikoleksinya. Dengan jenis Chevrolet buatan Amerika tahun 58 peninggalan ayahnya, mobil tua willys, tahun 48 Jeep Kanvas, 65 mobil Fiat Combi tahun 43, mobil Mercedes, 71 dan berbagai jenis mobil tua lainnya.

Baca Juga: Bacaan Lengkap Niat dan Doa Idul Adha Serta Sunnah-Sunnah yang Dianjurkan

“Sejak SMA tahun 1979 sudah senang dengan mobil tua, klasik dan kuno sejak tahun,” katanya dr. Mahayasa.

Mulai tertarik, dengan mobil, karena sang ayah memiliki mobil yang dibeli secara khusus dari dari Amerika. Beliau (Ayah) membawa langsung mobil tersebut ke Bali. Mobil merk Chevrolet buatan tahun 58 tersebut. Dalam perjalanan mobil tersebut secara turun-temurun diminta untuk dirawat.

“Mobil Chevrolet memiliki sejarah penting di kehidupan keluarga kami. Sang ayah membeli mobil itu saat zaman kuliah (studi) di Amerika. Dimana mobil tersebut dibeli dengan hasil kerja keras. Sehingga tak boleh dijual,” ungkap pria yang juga sebagai penasehat perhimpunan penggemar mobil kuno Indonesia (PPMKI) Bali.  

Baca Juga: Dua Pekan Lebih PPKM Darurat Diterapkan, Malah Tabanan Masuk Zona Merah Resiko Tinggi Penularan Covid-19

Bahkan sebelum meninggal dunia. Pesannya beliau kepada anak-anaknya mobil Chevrolet tersebut tidak dijual.

“Kami diminta jangan dijual dan tidak boleh pindah tangan ke orang lain. Tolong dirawat mobil ini dengan baik. Itu titah dari orang tua kami,” ujar pria yang tinggal di Perum Taman Sekar, Abiantuwung, Kediri Tabanan.

Kesukaan dengan mobil tua dan klasik selain karena dari keturunan di lingkungan juga ketertarikan, karena bentuk nilai seninya. Yang pasti karena bentuknya yang unik, orang-orang dahulu lebih memikirkan seni. Kemudian jumlah mobil yang diproduksi pasti dalam jumlah terbatas secara kuantitas. Beda dengan mobil-mobil sekarang banyak diproduksi tapi nilai seninya kurang.

Halaman:

Editor: Aulia Nasri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah