BMKG Sebut Peralihan Musim Sebabkan Cuaca Ekstrem, Masyarakat Dihimbau Waspada

- 28 Januari 2023, 21:36 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem, BMKG himbau wapadai peralihan musim menyebabkan cuaca ekstrem.
Ilustrasi cuaca ekstrem, BMKG himbau wapadai peralihan musim menyebabkan cuaca ekstrem. /

TABANAN BALI – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghimbau masyarakat agar mewaspadai peralihan musim yang menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem.

Hal itu ditegaskan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjabarkan fenomena pergantian musim tahun ini dari musim hujan ke musim kemarau.

Menurut Dwikorita, BMKG memprakiraan jika transisi musim tersebut bisa menimbulkan fenomena cuaca ekstrem seperti angin puting beliung, angin kencang dan hujan lebat.

Baca Juga: Leo Daniel Sukses ke Final Indonesia Master 2023, Hajar Wakil Jepang Susul Jonatan dan Chico

Meski terjadi cukup singkat namun BMKD memperkirakan akan memicu terjadinya bencana hidrometeorologi dan harus diwaspadai oleh masyarakat.

Pernyataan BMKG itu sekaligus menjawab fenomena terjadinya pergantian musim saat ini dimana Pulau jawa, Bali dan Nusa Tenggara mengalami priode transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

Imbauan itu juga telah disampaikan ke masyarakat yang tinggal di wilayah Sulawesi, Papua barat bagian utara, dan sebagian kecil wilayah Papua.

Baca Juga: Semifinal Indonesia Masters 2023: Chico Melaju ke Final Bertemu Jonatan Christie

Sebagai informasi, masyarakat pun diminta untuk bersiap menghadapi musim kemarau.

Diketahui, musim kemarau pada tahun ini diprediksi akan lebih kering jika dibandingkan dengan masa 3 tahun berturut-turut sebelumnya.

“Mulai saat ini, saat masih musim hujan, seluruh pihak, seluruh masyarakat berupaya bersama dengan Pemerintah Daerah memanen air hujan, menyimpan air hujan yang turun untuk memenuhi waduk-waduk, embung-embung, kolam-kolam, untuk diresapkan itu jangan disia-siakan langsung lari ke laut atau ke sungai," kata Dwikorita, seperti dikutip dari Antara Sabtu 28 Januari 2023.

Baca Juga: Hasil Indonesia Master 2023: Jonatan Christie, Chico dan Ganda Putra Leo Daniel Sukses ke Semifinal

Puncak musim kemarau akan berlangsung pada Juni dan Juli, berlanjut hingga September. Hal tersebut pun akan terjadi di hampir seluruh wilayah di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan.

Terkait dengan musim kemarau, BMKG pun telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk melakukan modifikasi cuaca saat terjadi kemarau kering.

Adapun, sejumlah pihak tersebut adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Baca Juga: Tiga KUR Bank BRI 2023 Yang Digelontorkan Pemerintah, Pinjaman hingga Rp50 Juta

Adapun, teknologi modifikasi cuaca yang dimaksudkan tersebut adalah dengan menyemai garam saat awan hujan sudah berada di dekat waduk, sehingga nantinya hujan akan masuk ke dalam waduk.

"Waduk-waduk diisi penuh jangan sampai awannya lewat saja, sehingga kalau turun nanti membanjiri tempat lain. Tetapi mumpung mendekat ke waduk (hujan) dipaksa turun, sehingga saat turun jatuhnya tepat masuk ke danau agar bisa disimpan," ujar Dwikorita.

"Jadi, konsepnya adalah menyimpan dan menampung air hujan yang diperlukan saat nanti kita kekurangan air," ucapnya.

Baca Juga: Jadwal TV ANTV Sabtu 28 Januari 2023: Saksikan Mega Bollywood dan Suami Pengganti

Dwikorita mengatakan bahwa selama musim kemarau, masyarakat pun dapat mengoptimalkan air permukaan. Hal tersebut dapat dilakukan komunitas masyarakat, terlebih yang berada di desa-desa.

"Saya lihat sendiri di desa-desa mereka melakukan pemanenan air hujan. Ada yang membuat bendungan, sehingga airnya bisa dikumpulkan di situ, ada pintu airnya, kalau berlebih dilepas untuk irigasi. Nanti kalau kemarau sudah nggak ada hujan kita sudah punya tabungan (air)," tuturnya. ***

 

Editor: Aulia Nasri

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x