Baca Juga: Arya Saloka Umumkan Pamit Dari Sinetron Ikatan Cinta RCTI, Ini Alasannya
Untuk alasan No. 1 dan 2, Hindu Bali mengkurbankan sapi dan banteng sebagai hewan kurban dalam upacara-upacara besar.
Ini tidaklah salah (seperti yang dipropagandakan oleh anti-Hindu Bali), karena di dalam Veda sapi dikurbankan dalam upacara disebut go-medha dan banteng dalam upacara yang disebut śula-gava.
Baca Juga: PUPR Target Bendungan Sidan, Badung, Rampung Tahun 2023, Pengerjaan Kontruksi Capai 76,7 Persen
Masih berbicara tentang pramāṇa 1 dan 2 diatas yaitu tentang kurban suci, anjuran Veda kepada setiap orang mengenai makan adalah hanya memakan yajña-śiṣṭa (saiban), atau prasāda (lungsuran) sebagai makanan, yaitu makanan yang telah dipersembahkan kepada Tuhan.
Bhagavad Gītā (3.13) menyatakan Yajña-śiṣṭāśinaḥ santo mucyante sarva-kilbisaiḥ:
"Para penyembah Tuhan terbebas dari segala jenis dosa sebab mereka memakan makanan yang telah lebih dahulu dipersembahkan dalam kurban suci".
Baca Juga: 3 Cara Usir Nyeri Pasca Sembuh dari Covid-19
Bhuñjate te tv aghaṁ pāpā ye pacanty ātma-kāraṇāt: "Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kesenangan indera pribadi, sesungguhnya hanya makan dosa."
Mānava-Dharmaśāstra (11.60–67) berpendapat bahwa membunuh sapi atau mencuri sapi adalah Upa-pātaka, suatu pelanggaran kecil yang menyebabkan hilangnya kualitas diri.