Mengapa Umat Hindu di Bali Wajib Gelar Ritual Ngulapin Usai Ditimpa Kejadian, Ini Penjelasannya?

8 Oktober 2021, 07:53 WIB
Ilustasi. Ritual Ngulapin Usai Ditimpa Kejadian. /Instagram @filsafat_hindu

TABANAN BALI – Umat Hindu tak lepas berbagai ritual dan upacara. Salah satunya ritual Ngulapin atau sering juga disebut dengan Pengulapan.

Biasanya ritual ngulapin digelar disetiap pertemuan jalan, di perepatan terdekat atau berada di lokasi kejadian. Dengan tujuannya untuk memanggil bagian diri yang tertinggal di tempat kejadian.

Baca Juga: Hindari Wasiat Harta Benda Semasa Hidup, Buya Yahya: Belum Tentu Menyelamatkan di Akhirat

Dikutip dari berbagai sumber yang ada dan Instagram pesona_taksubali. JIka melihat dari asal katanya Ngulapin berasal dari kata Ulap (bahasa Jawa kuna dan juga bahasa Bali) yang berarti silau.

Silau yang dimaksudkan di sini adalah seperti keadaan mata ketika menatap atau memandang sinar matahari.

Baca Juga: Heboh dari Anak Hingga Orang Tua di Garut Masuk Ajaran NII, Diambil Sumpah dan Doktrin Radikal

Ulap-ulap dalam bahasa Bali berarti suatu alat yang berbentuk empat persegi panjang/bujur sangkar, terbuat dari secarik kain putih yang berisi tulisan hurup-hurup keramat yang menurut Agama Hindu dikatakan mempunyai kekuatan yang magis.

Nah biasanya itu diletakan pada halaman depan dari sebuah bangunan, dibawah atap pada kolong rumah. Pada saat memberi upacara ngulap ngambe dari suatu bangunan tersebut.

Baca Juga: Dituntut Hukum Ringan 5 Bulan Rehabilitasi, Musisi Anji Minta Keringan Hakim: Saya Tidak Bisa Bekerja

Maksudnya adalah untuk memohon kehadapan Tuhan yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, agar supaya jika ada unsur-unsur yang ingin mengganggu, menjadi silau.

Upacara ini bertujuan untuk menormalisasi kehidupan seseorang setelah mengalami kejadian yang mengejutkan atau peristiwa mendadak, tanpa disangka.

Jika seseorang mengalami suatu kejadian yang mengejutkan, hal ini akan berdampak pada kehidupannya. Dan apabila dibiarkan tanpa dilakukan suatu upacara, dapat membuat kehidupan seseorang menjadi tidak normal.

Baca Juga: Ikatan Cinta 7 Oktober 2021: Rendy Mendadak Mulai Cemburu Kepada Catherine, Ada Apa?  

Bilamana yang sudah dijelaskan bahwa orang yang pernah mendapat sengkala atau jatuh berarti salah satu kekuatan atau unsur badan wadagnya berada di tempat kejadian.

Maka harus dan wajib menggelar ritual pengulapan, ritual inilah yang akan mengembalikan bayu, sehingga hidup orang yang bersangkutan bisa kembali normal seperti sedia kala.

Baca Juga: Ikatan Cinta 7 Oktober 2021: Aldebaran Sergap Iqbal di Taman Flaminggo, Dalang Teror Terungkap?

Sementara ritual ngulapin memiliki berbagai jenis yang sudah secara turun-temurun dilakukan sesuai ajaran agama Hindu. Berikut macam-macam Upacara Ngulapin.

Baca Juga: Buya Yahya: Hindari Durhaka Halus Kepada Orang Tua, Seperti Apa?

  1. Ngulapin orang jatuh.
  2. Ngulapin Pratima (arca). Bahan-bahan serta alat-alat yang dipakai dalam tetandingan banten pengulapan baik ngulapin pretima, ngulapin orang jatuh, adalah sama. Cuma saja dalam upacara ngulapin orang jatuh ada sedikit perbedaannya.
  3. Ngulapin Pitra, rangkaian dalam upacara ngaben.
  4. Ngulapin Orang baru Sembuh dari Penyakit, yang bermaksud supaya orang yang diupacarai ini bisa makan segala macam makanan, maksudnya tidak terpengaruh oleh makanan yang menyebabkan sakitnya kumat/kambuh, dalam bahasa Bali disebut dengan betus.
  5. Kendatipun ia sudah sehat tapi kalau belum diadakan upacara pengulapan ia tidak boleh makan sewenang-wenang seperti makan jotan, daging babi guling dan lain sebagainya, dan juga tidak diperkenankan keluar rumah.
  6. Ngulapin Pretima (arca), bermaksud apabila pretima itu pernah jatuh, disebabkan karena disenggol oleh binatang, seperti kucing tat kala ada upacara di sekitar pratima itu, jatuh karena tempatnya tidak baik, dibawa oleh manusia, selain dari itu mungkin pratima itu pernah dicuri atau dimasuki oleh pencuri.

Editor: Genta Sugiwa

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler