Perayaan Tumpek Krulut ini juga merupakan wujud pemujaan dan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara yang telah menciptakan suara-suara suci dalam bentuk tabuh atau gamelan.
“Tumpek Krulut diambil dari kata “lurut” yang artinya senang atau cinta, yang juga bermakna sayang, cinta, welas asih,” ungkap Agus Harthawiguna saat membacakan sambutan Bupati Tabanan Sanjaya.
Baca Juga: Jadwal TV RCTI Selasa 21 Februari 2023: Sinetron Jangan Bercerai Bunda Kembali Tayang Hari Ini
Selain itu, Tumpek Krulut juga wujud implementasi dari Tri Hita Karana, yaitu keselarasan manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan alam semesta.
Hal tersebut berkaitan erat dengan keselarasan dan cinta kasih terhadap kehidupan di dunia.
“Pelaksanaan Peringatan Tumpek Krulut sebagai langkah Pemkab Tabanan dalam memelihara kesucian, kelestarian, keseimbangan, keselarasan, keharmonisan alam secara sekala dan niskala” tambahnya.
Baca Juga: Dosen UII Hilang Belum Ditemukan, Kabar Terbaru Terdeteksi Masuk Amerika 13 Februari 2023
Pihaknya juga menjelaskan, pelestarian adat, agama, tradisi, seni dan budaya yang tak surut, sebagai bentuk apresiasi dan implementasi Visi Pemkab Tabanan, Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana, Menuju Tabanan yang Aman, Unggul dan Madani (AUM).
Upaua untuk keseimbangan dan keharmonisan alam itu juga disampaikan oleh Kadis Kebudayaan, I Wayan Sugatra yang turut serta dalam persembahyangan perayaan tumpek krulut saat itu.
“Pelaksanaan Tumpek Krulut ini dilaksanakan dalam 2 bentuk kegiatan, yaitu Sekala dan Niskala, Niskala melalui persembahyangan bersama dan Sekala melalui pementasan Bondres oleh Yayasan Dadong Rerot Bali” paparnya.