Gempa Dahsyat Turki Menelan 5.000 Lebih Korban Jiwa, 13 Juta Orang Terdampak

- 8 Februari 2023, 11:30 WIB
Pencarian korban gempa di Turki./Instagram @who/
Pencarian korban gempa di Turki./Instagram @who/ /

TABANAN BALI - Tim penyelamat pada Selasa masih "berpacu dengan waktu" untuk menemukan korban di bawah reruntuhan bangunan ketika jumlah kematian akibat gempa di Turki dan Suriah melewati angka 5.000.

Gempa dengan magnitudo 7,8 itu mengguncang pada Senin pagi dan diikuti sebuah gempa lain beberapa jam kemudian.

Ribuan bangunan ambruk, gedung-gedung rumah sakit dan sekolah hancur, dan puluhan ribu orang terluka dan kehilangan tempat tinggal di beberapa kota di Turki dan Suriah.

Seorang pejabat PBB mengatakan ribuan anak kemungkinan termasuk di antara mereka yang kehilangan nyawa.

Baca Juga: Gempa Bumi Dahsyat Menimpa Turki, KBRI Ankara Imbau Keluarga WNI Tetap Tenang

Cuaca musim dingin menghambat upaya pencarian dan pengiriman bantuan, serta menambah penderitaan mereka yang kehilangan rumah.

Di beberapa kawasan, warga terpaksa hidup tanpa aliran listrik dan bahan bakar.

Para pejabat bantuan mengkhawatirkan situasi di Suriah yang telah dilanda krisis kemanusiaan setelah hampir 12 tahun diamuk perang saudara.

Di Turki, angka kematian bertambah menjadi 3.419 orang pada Selasa pagi, kata Wakil Presiden Fuat Oktay.

Baca Juga: PCINU Buka Donasi untuk Korban Gempa di Turki, Hubungi Hotline KBRI Ankara Ini Bagi Para Donatur

Menurut pemerintah Suriah, jumlah korban tewas di negara ini mencapai 1.600 lebih.

Pihak berwenang di Turki mengatakan 13,5 juta orang terdampak oleh bencana itu di kawasan sepanjang 450 km dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur, dan 300 km dari Malatya di utara sampai Hatay di selatan.

Otoritas Suriah menerima laporan korban tewas sampai sejauh Hama di selatan yang berada sekitar 100 km dari pusat gempa.

"Sekarang (kita) berpacu dengan waktu," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa.

Baca Juga: Gempa Turki 7,8 SR Kemenlu Evakuasi 104 WNI yang Terdampak, KBRI: 500 Orang Tinggal di Area Gempa

"Setiap menit, setiap jam yang berlalu, peluang menemukan penyintas yang masih hidup semakin kecil," katanya.

Para penyelamat berjuang siang dan malam untuk mencari korban selamat. Di sekitarnya, warga menunggu dalam duka dan berharap kerabat mereka yang hilang bisa ditemukan dalam keadaan hidup.

Di Kota Antakya yang merupakan ibu kota Provinsi Hatay dekat perbatasan dengan Suriah, suara seorang wanita terdengar meminta tolong dari bawah reruntuhan.

Jurnalis Reuters melihat jenazah seorang bocah yang terbaring di dekatnya.

Baca Juga: Gempa Turki Magnitudo 7,8 Akibatkan Tiga Warga Indonesia Alami Luka Berat

Di bawah guyuran hujan, seorang pria meremas-remas tangannya sambil menangis.

"Mereka berteriak. Mereka berseru, 'Selamatkan kami,' tetapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Bagaimana kami mau menyelamatkan mereka ketika tak ada orang sejak pagi," kata dia.

Banyak keluarga yang tidur di dalam mobil-mobil yang diparkir di jalanan.

Ayla, yang berdiri di dekat tumpukan puing bangunan delapan lantai yang runtuh, mengatakan dia telah berkendara dari Gaziantep ke Hatay pada Senin untuk mencari ibunya.

Baca Juga: Puncak Resepsi Satu Abad NU, Susilo: Saya Merasa Terpanggil Bantu Para Peserta yang Berjalan Kaki

"Belum ada penyintas (yang ditemukan). Seekor anjing liar datang dan menyalak lama di beberapa tempat, saya khawatir di situ ada ibu saya. Tetapi ternyata orang lain," katanya.

Otoritas Penanggulangan Darurat dan Bencana (AFAD) mengatakan 5.776 gedung hancur akibat gempa besar itu, yang diikuti 285 gempa susulan, dan 20.426 orang terluka.

Di Jenewa, juru bicara UNICEF James Elder berkata, "Gempa itu mungkin telah menewaskan ribuan anak."

WHO mengkhawatirkan sejumlah kawasan di Turki dan Suriah, di mana informasi belum didapatkan sejak gempa mengguncang, kata Tedros.

Baca Juga: Pesan Jokowi Seabad NU: Nahdlatul Ulama Akan Terus Menjadi Teladan dalam Keberislaman Moderat

Di Kota Hama di Suriah, Abdallah Al Dahan mengatakan pemakaman beberapa keluarga akan dilangsungkan pada Selasa.

"Ini adalah pemandangan yang sangat menakutkan," kata Dahan lewat sambungan telepon.

"Selama hidup, saya belum pernah melihat hal seperti ini, meski segala hal telah menimpa kami," sambung dia.

Masjid-masjid menjadi tempat pengungsian keluarga yang rumahnya hancur.

Baca Juga: Bule Jerman Blasteran Diamankan Polres Tabanan, Dugaan Pencabulan Bocah SD

Angka kematian di wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah bertambah menjadi 812 orang, lapor kantor berita SANA.

Di wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak, kematian lebih dari 790, menurut otoritas Suriah.

Seorang pejabat bantuan PBB di Suriah mengatakan kelangkaan BBM dan cuaca dingin menjadi kendala.

"Infrastruktur rusak, jalan-jalan yang kami gunakan untuk mengirimkan bantuan rusak, kami harus mencari cara menjangkau masyarakat," kata koordinator PBB El-Mostafa Benlamlih.

Baca Juga: Puncak Resepsi Satu Abad NU, Susilo: Saya Merasa Terpanggil Bantu Para Peserta yang Berjalan Kaki

Gempa tersebut adalah lindu terbesar di dunia yang pernah tercatat oleh U.S. Geological Survey sejak gempa di Atlantik Selatan pada 2021.

Menjelang pemilihan umum tiga bulan lagi, pemerintah Turki kini menghadapi tantangan rekonstruksi miliaran dolar ketika Presiden Tayyip Erdogan bersiap mencalonkan diri lagi.***

Editor: Aulia Nasri

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x