TABANAN BALI – Bagi warga Bali yang mayoritas Hindu memiliki sebuah tradisi yang dinamakan Tumpek Landep. Tumpek landep merupakan hari raya pemujaan kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati sebagai dewanya taksu.
Hari raya Tumpek Landep sendiri merupakan rentetan setelah hari raya saraswati, dimana pada hari ini umat hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.
Baca Juga: Fadli Zon Semprot Yasonna Laoly Minta Mundur, Sebut: Gagal Benahi Lapas di Indonesia
Biasanya Hari Tumpek Landep jatuh pada Hari Sabtu Saniscara Keliwon Wuku Landep, sehingga dinamakan Tumpek Landep sebagai hari pemujaan Tuhan sebagai Bhaṭāra Siwa dan Sang Hyang Pasupati.
Dikutip dari berbagai sumber yang ada dan salah satunya Lontar Sundarigama, (7) oleh Tim Tabananbali.com, Sabtu 11 Septeber 2021.
Baca Juga: Ramalan Zodiak 11 September 2021: Aries, Taurus, dan Gemini, Ada Tawaran Kerja Bagus
Tumpek Landep memliki penjelasan untuk menghormati Bhaṭara Siwa banten yang dipergunakan adalah tumpeng putih selengkapnya dengan ikan dan ayam seadanya, terasi bang, sedah, woh diaturkan di Sanggah Surya atau Padmāsana.
Untuk menghormati Sang Hyang Paśupati, banten yang digunakan adalah sesayut jayeng perang, sesayut kusuma yuda, daksina, peras, canang wangi-wangi dan reresik.
Sarana upakara ini dimaksudkan untuk menyucikan segala senjata yang menyebabkan kemenangan dalam perang.
Bagi manusia maksudnya adalah untuk menajamkan pikiran agar dapat menguasai diri. Untuk itu maka umat manusia patut berpikiran suci setiap saat sebagai syarat menguasai sang badan.
Baca Juga: Ribuan Burung Pipit Mati Misterius Pertanda Apa di Bali? Ini Penjelasan dan Faktanya
Disisi Lain secara etimologi “tumpek” berasal dari kata tampa yang memiliki arti turun. Tampa dalam kamus jawa kuna Indonesia mendapat sisipan kata Um, sehingga beruba menjadi Tumampak yang artinya berpijak.
Kata ini kemudian beruba menjadi kata keterangan yakni “Tumampek” yang berarti dekat. Kata ini kembali mengalami persenyawaan hurut “M” sehingga beruba menjadi “Tumpek”.
Baca Juga: Ribuan Burung Pipit Mati Misterius Pertanda Apa di Bali? Ini Penjelasan dan Faktanya
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hari suci Tupek merupakan hari peringatan Turunnya manifestasi Ida Sanghyang Widhi Wasa ke Bumi.
Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa hari raya Tumpek Landep berasal dari dua kata yakni “Tumpek” dan “Landep”.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 10 September 2021: Rendy Tak Ingin Sakiti Catherine, Angga Lakukan Ini
Tumpek berasal dari kata "Metu" yang berarti Bertemu dan "Mpek" yang berarti akhir. Jika melihat arti kata di atas dapat dikatakan bahwa “Tumpek” merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca wara yang diakhiri dengan Kliwon anda Sapta wara diakhiri Saniscara (hari Sabtu).
Sedangkan kata “Landep” sendiri memiliki arti Tajam atau Runcing. Maka dari itu pada upacara-upacara Tumpek Landep dilakukan juga upacara pada benda-benda tajam seperti keris pusaka dan benda-benda tajam lainnya.
Baca Juga: Ribuan Burung Pipit Mati Misterius di Gianyar, Ini Catatan dan Hasil Temuan BKSDA Bali
Makna Hari Raya Tumpek Landep
Umat Hindu di Bali memaknai hari raya Tumpek Landep sebagai hari penyucian terhadap benda-benda seperti keris, tombak dan bahkan saat ini digunakan juga sebagai penyucian terhadap benda-benda eletronik seperti laptop, smarphone, mobil, motor dan berbagai benda-benda lainnya.
Pemberian banten pada benda-benda tersebut memiliki makna agar sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Pasupati berkenan memberikan anugerah terhadap benda-benda tersebut agar mempermuda jalan hidup pemiliknya saat digunakan.
Selain itu Tumpek landep juga bermakna pemujaan dan rasa syukur kepada Hyang Pasupati atas segala ciptaanya, sehingga atas analisys dari manusia menggunakan ketajaman Jnana (pikiran/idep, logika dan ilmu pengetahuannya).
Sehingga berhasilah mengolah logam logam yang dipergunakan untuk melancarkan usahanya dalam menunjang kehidupan sehari-hari, sehingga lazimnya pada tumpek ini.
Sepertinya di katagorikan sebagai sarwa sanjata-senjatanyapun yang dari Logam, pada hal yang utama bagaimana ketajaman dari Jnanam kita yang di anugrahi oleh sang maha pencipta.
Dalam Kalender Bali Digital dijelaskan bahwa tumpek landep juga disebutkan sebagai upacara yadnya selamatan terhadap semua jenis alat yang tajam atau senjata, keris dll serta memohon kehadapan Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati agar semua alat / senjata tetap bertuah yang perayaannya dilakukan setiap 210 hari yaitu pada sabtu wuku landep. ***