Baca Juga: Ini Makna dan Penjelasan Padmasana Berbentuk Kursi Kosong Menurut Hindu
Artinya: Hendaknya dia menghargai makanan yang diperolehnya dan tidak pernah mengeluh, saat ia memperoleh makanan itu hendaknya ia bersuka cita, menampakkan wajah gembira, dan memohon untuk selalu diijinkan memperoleh makanan.
Leluhur menyebutkan makan dengan cara sangat indah yaitu Nunas Ajengan. Istilah ini mempunyai pengertian bahwa kita tidak memiliki makan tetapi memohon makanan dari pemiliknya, yaitu Hyang Parama Iswhara.
Kesadaran seperti ini sangat indah untuk diajegkan di dalam hati mengingat memang sebenar-benarnya kita ini tidak mempunya apa-apa di dunia ini.
Kesadaran yang diwujudkan dalam kalimat Nunas Ajengan sangatlah bermakna. Ia sangat pantas untuk diajengkan, mulai dari dalam keseharian diri sendiri dan kemudia ditularkan kepada anak cucu. Paling tidak, ajeg tradisi leluhur sesederhana itu dapat dilakukan oleh semua. Tidak aka nada yang menyatakan “saya tidak bisa melakukan hal ini”.
Dalam ajaran Veda, orang memasak makanan bukanlah untuk diri sendiri melainkan untuk persembahan kepada Tuhan. Makanan yang dimasak itu di-yajna-kan kepada-Nya, dipersembahkan terlebih dahulu kepada-Nya. Oleh karena itu, makanan tersebut sudah bukan milik pemiliknya.
Baca Juga: Ini Mantra Menolak Marabahaya yang Wajib Dilantunkan Saat Sembahyang Menurut Ajaran Agama Hindu
Makanan yang dimasak dan dipersembahkan kepada Tuhan tidak lagi berupa makanan melainkan ia sudah berubah menjadi amerta (Yajna-Siṣṭamṛta bhujo), karunia Tuhan yang dinamakan Lungsuran atau Prasadam. Istilah ngejot, mesaiban, dan Yajṇa Seṣa merupakan tradisi indah mulia yang patut diajegkan.
Leluhur juga memberikan wanti-wanti tidak boleh mencela makanan. Apapun dan bagaimanapun makanan di hadapan kita, itulah karunia Tuhan.