TABANAN BALI - Tradisi melakukan sesuatu sebelum makan merupakan peradaban sangat kona. Tradisi leluhur Bali menyisihkan sedikit makanan disisi piring sebelum makan ternyata merupakan tradisi yang indah yang perlu diabadikan dalam kehidupan sehari-hari.
Khususnya sebagai orang yang menghormati dan mengerti ajaran leluhur serta ingin melestarikannya demi kesejahteraan hidup lahir batin.
Baca Juga: Mengapa Pelangkiran Wajib Ada dalam Kamar Tidur, Ini Penjelasannya Menurut Hindu
Seperti dilansir PHDI, disarikan Tabananbali.com, Minggu 31 Oktober 2021. Terdapat pula tradisi tidak boleh berbicara jika sedang menghadapi makanan. Makanan dihormati sebagai (dan memang) amerta oleh leluhur dengan istilah “nunas amerta”.
Selain itu tidak dianjurkan makan ditempat gelap atau sambil tidur (Nandhakare ca sayanam bhojanam naiva karayet). “Cening…. da madaar di sandikalane....”
Baca Juga: Tidak Sekedar Dijalankan, Ini Makna Upacara Otonan Bagi Bayi Berusia 210 Hari Menurut Hindu
Begitu nasihat yang kita dengan waktu kecil. Ternyata nasihat orang tua Bali itu ada dukungan sastranya: “Na sandhyayaṁm bhunjita”. Artinya jangan makan pada saat senjakala (demikian kitab Vasistha Smṛti), didukung oleh “Na sandyayoh” (Susruta Samhita), asandhyam na bhunjita (Boudhayana Smṛti), nasniyat sandyayor dvayah (Padma Purāṇa).
Maka hendaknya selalu menghadap ke Utara atau ke Timur (demikian nasihat dari akitab Vasistha Smṛti, Laghuharita Smṛti, Viṣṇu Puraṇa, Vama Puraṇa, Padma Purāṇa).
Disisi lain dalam Manawa Dharma Śastra 2.54 menyebut Pujayed aaanaṁ nitya, Adyac ca-etad akutsayan Dṛṣṭva hṛṣyet prasīdec ca Pratinandec ca sarvasaḥ.