Sanksi Balasan Rusia Bisa Melemahkan Dominasi Dolar? Direktur IMF: Besar Kemungkinan

7 April 2022, 16:02 WIB
Uang dolar /Pixabay/

TABANAN BALI - Sanksi balasan Rusia atas negara-negara Barat akan berdampak pada melemahnya dominasi mata uang Dolar Amerika Serikat.

Hal tersebut dikarenakan sanksi balasan Rusia tidak main-main yakni dengan menaikkan harga minyak dan gas dalam bentuk rubel bukan dolar ASerofa.

Sebagimana diketahui Rusia adalah pemasok minyak dan gas terbanyak di seluruh benua Eropa dan bahkan di benua Asia.

Baca Juga: Arema FC Boyong 4 Pemain Lokal, Ogah Datangkan Pemain Bintang Dunia, Ini Penjelasan Manajemen Singo Edan

Sebagaimana dikutip Tabanan bali.com dari TASS pada Sabtu 2 April 2022, Karena sanski tersebut, negara-negara Barat mengalami invlasi prekonomian dan terus menaikkan harga minyak dan gas.

Hal itu dimulai pada 24 Februari 2022, saat presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan oleh kepala republik Donbass. 

Putin menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, tetapi bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.

Baca Juga: Terkuak! Ternyata Ini Misi SIS Semarang Gaet Carlos Fortes dan Taisei Marukawa, Bendung Pesaingnya Persis Solo

Mengikuti langkah ini, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan beberapa negara lain mengumumkan sanksi terhadap individu dan badan hukum Rusia.

Gita Gopinath, wakil direktur pelaksana pertama IMF telah memperingatkan bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia dapat menyebabkan fragmentasi sistem keuangan global dan melemahkan dominasi dolar AS di dalamnya.

Pejabat tersebut menganggap bahwa tindakan pembatasan radikal yang diberlakukan oleh negara-negara Barat setelah peluncuran operasi khusus Rusia di Ukraina dapat berkontribusi pada munculnya blok mata uang kecil berdasarkan perdagangan antara kelompok negara tertentu.

Baca Juga: Dianggap Merusak Citra Arak Bali, Wayan Koster Bidik Produsen dan Penjual Arak Gula  

"Kami sudah melihat bahwa dengan beberapa negara menegosiasikan ulang mata uang di mana mereka dibayar untuk perdagangan," kata Gopinath.

Gopinath beranggapan bahwa mata uang dolar masih akan mendominasi mata uang global, namun karena sanksi Rusia terhadap negara Barat bisa menimbulkan goyahnya dominasi mata uang dolar meski hanya sedikit fragmentasi.

"Dolar akan tetap menjadi mata uang global utama bahkan di lanskap itu tetapi fragmentasi pada tingkat yang lebih kecil tentu sangat mungkin," katanya.

Baca Juga: PSIS Semarang Boyong Carlos Fortes dan Taisei Marukawa, Posisi Striker Asing Chevaughn Walsh Terancam Terdepak

Dari pernyataan direktur IMF tersebut, dapat disimpulkan jika sanksi balasan Rusia terus menghantam negara Barat maka besar kemungkinan dominasi mata uang dolar akan berakhir.

Terlebih dengan fakta yang ada bahwa banyaknya negara Barat yang memasok minyak mentah dan gas berasal dari Rusia.

Karena ketergantungan negara Barat dengan sumber energy fosil masihlah sangat mendominasi, walaupun sudah ada yang mencoba sumber energy terbaharukan seperti menggunakan listrik.***

Editor: Aulia Nasri

Sumber: TASS

Tags

Terkini

Terpopuler