Begini Alasan Bumi Berputar Lebih Cepat dari Biasanya, Waktu Menjadi Pendek dan Gangguan di Sistem Komputer

7 Agustus 2022, 11:45 WIB
Jawaban Ilmuwan Soal Fenomena Bumi Berotasi Lebih Cepat Dari Biasanya. /dailymail.co.uk/

TABANAN BALI – Bumi merupakan planet ke-tiga dalam tata surya yang dihuni oleh makhluk hidup. Bumi melakukan perputaran atau berotasi perhari dalam kurun waktu 1 x 24 jam atom. 

Bumi berputar dalam porosnya sehingga menyebabkan perbedaan siang dan malam secara bergantian dari daerah satu ke daerah lainya dalam kurun 1x 24 jam.

Bumi juga berputar mengelilingi matahari dalam kurun waktu 1 tahun atau 365 putaran, yang menyebabkan pergantian musim di beberapa belahan bumi.

Baca Juga: 5 Fakta yang Terjadi Pada Tubuh Ketika Mengalami Depresi

Fakta mengejutkan ditemukan oleh ilmuwan mengenai bumi. Para ilmuwan dibuat bingung setelah menemukan Bumi berputar lebih cepat. Hal ini membuat hari menjadi lebih pendek dari biasanya.

Dikutip Tabanan Bali dari artikel yang dipublikasikanoleh NZ Herald,Minggu, 7 Agustus 2022, Pengukuran baru oleh Laboratorium Fisika Nasional Inggris menunjukkan bahwa Bumi saat ini berputar lebih cepat daripada setengah abad yang lalu.

Pada tanggal 29 Juni, rotasi penuh Bumi membutuhkan waktu 1,59 milidetik kurang dari 24 jam dan menjadi hari terpendek yang pernah tercatat.

Baca Juga: 5 Hal Penyebab Kurangnya Percaya Diri di Tempat Kerja, Hindari Hal Ini Bagi Karyawan

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa, jika kecepatan rotasi terus meningkat, kita mungkin perlu menghilangkan satu detik dari jam atom kita.

Seorang astrofisikawan , Graham Jones mengatakan Jika rotasi cepat Bumi berlanjut, itu bisa mengarah pada pengenalan detik kabisat negatif pertama.

"Ini akan diperlukan untuk menjaga waktu sipil - yang didasarkan pada detak jam atom yang sangat stabil - sejalan dengan waktu matahari, yang didasarkan pada pergerakan Matahari melintasi langit”, kata Jones

Baca Juga: Megejutkan, Peneliti Ungkap Aktivitas Fisik yang Menurunkan Resiko Kematian

Detik kabisat negatif berarti jam kita melewati satu detik, yang berpotensi menimbulkan masalah bagi sistem Teknologi Informasi(TI).

Para peneliti di Meta mengatakan lompatan kedua akan memiliki efek kolosal pada teknologi dan menjadi penyebab utama ganggunan untuk infrastruktur perangkat keras.

Oleg Obleukhov dan Ahmad Byagowi seorang insinyur meta mengatakan bahwa dampak detik kabisat negatif belum pernah diuji dalam skala besar, hal tersebut berdampak buruk pada perangkat lunak yang mengandalkan pengatur waktu atau penjadwal.

Baca Juga: Surga di Ujung Timur Indonesia, Kuala Kencana Sebagai Kota Modern Papua

Tidak bisa dipungkiri setiap detik kabisat merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi orang-orang yang mengelola infrastruktur perangkat keras.

Ilmuwan Leonid Zotov, Christian Bizouard dan Nikolay Sidorenkov mengklaim bahwa rotasi tidak teratur adalah hasil dari sesuatu yang disebut Chandler Wobble, gerakan tidak teratur dari kutub geografis bumi di seluruh permukaan dunia.

Zoton mengatakan bahwa Amplitudo normal goyangan Chandler adalah sekitar 3m hingga 4m di permukaan bumi namun mulai tahun 2017 hingga 2020 menghilang.

Baca Juga: Emas Sebagai Pilihan Investasi di Saat Gejolak Ekonomi, Simak Fakta-Faktanya Berikut Ini

Beberapa ahli percaya pencairan dan pembekuan kembali lapisan es di gunung tertinggi di dunia dapat menyebabkan perputaran bumi menjadi tidak teratur .

Bumi telah mencatat hari terpendeknya sejak para ilmuwan mulai menggunakan jam atom untuk mengukur kecepatan rotasinya.

Berdasarkan pencatatan rekor kecepatan bumi yang dilakukan sejak tahun 2020, pada 29 Juni 2022, bumi menyelesaikan satu putaran dalam 1,59 milidetik kurang dari 24 jam. 

Baca Juga: 4 Tips Mendaki Gunung Bagi Wanita, Agar Aman Saat Menikmati Momen 17 Agustus di Puncak

Zotov juga mengatakan bahwa terdapat kemungkinan bumi telah mencapai panjang minimum satu hari, yang berarti kita mungkin tidak akan pernah menggunakan detik kabisat negatif.

Efek kedua negatif dan konsekuensi potensialnya mengarah kembali ke teori Y2K, di mana banyak yang percaya komputer tidak akan mampu menangani jam yang terus berdetak hingga milenium baru.

Y2K problem sendiri merupakan teori yang menjelaskan bahwa terdapat kesalahan pada komputer yang disebabkan oleh sistem penyimpanan tanggal yang hanya menyisakan dua digit untuk tahun, dengan asumsi digit pertama adalah 19.

Baca Juga: Suka Mendaki? Berikut 5 Gunung Rekomended Bagi Pendaki yang Ingin Merayakan Momen Kemerdekaan 17 Agustus

Hal tersebut dilakukan pada tahun 60-an ketika komputer pertama dirancang untuk menghemat media penyimpanan.

Y2K problem dikhawatirkan akan menyebaban bencana besar karena komputer menjadi satu-satunya media dalam berbagai bidang dan mengatur fasilitas penting lainya seperti PLTN, pesawat terbang. 

Hal tersebebut membuat berbagai bidang yang mengandalkan komputer harus melakukan pembaruan baik perangkat lunak maupun perangkat keras untuk mengindari adanya kesalahan.

Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Generasi Milenial Harus Lebih Giat Belajar dan Bekerja di Era Berkembangnya Teknologi

Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa Y2K problem dapat mengakibatkan gangguan di berbagai sistem yang mengandalkan komputer, misalnya saja kartu kredit yang ditolak karena masa berlakunya habis tahun 200, namun dibaca computer sebagai 1900.

Sebagian besar server komputer menggunakan sistem yang sama yang menyimpan tanggal dan waktu dalam bilangan bulat 32-bit yang menghitung jumlah detik sejak 1 Januari 1970 , inilah yang disebut sebagai waktu Epoch.

Pada 19 Maret 2038, tepatnya 03:14:07 (waktu universal terkoordinasi) jam akan mencapai angka terbesar yang dapat diwakili oleh bilangan bulat 32 bit.

Baca Juga: 6 Cara Praktis Mengelola dan Meningkatkan Kecerdasan Emosional untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik

Seperti adanya, kemungkinan besar banyak komputer tidak akan dapat membedakan antara tahun 2038 dan 1970.***

Editor: Aulia Nasri

Sumber: NZ Herald

Tags

Terkini

Terpopuler