Trend Beli Sekarang Bayar Nanti: Jebakan Utang Dalam Kemudahan Bertransaksi

- 7 Agustus 2022, 22:01 WIB
Ilustrasi e-commerce
Ilustrasi e-commerce /Pixabay

TABANAN BALI – Beli sekarang bayar nanti saat ini menjadi salah satu pilihan bertransaksi tatkala sedang tidak memiliki uang sekalipun.

Beli sekarang bayar nanti menjadi salah satu trend berbelanja diera digital. Konsep transaksi beli sekarang bayar nanti membuat pelanggan harus berkomitmen untuk melakukan pembayaran sebagian dari waktu ke waktu sampai jumlah saldo yang digunakan transaksi pembelian di awal terpenuhi.

Beli sekarang bayar nanti merupakan adopsi konsep dari penggunaan kartu kredit atau produk pembiayaan dari angsuran yang sudah ada. 

Baca Juga: 5 Fakta yang Terjadi Pada Tubuh Ketika Mengalami Depresi

Trend beli sekarang bayar nanti meningkat tajam seiring dengan munculnya fintech berbasis platform belanja digital atau e-commerce.

Beli sekarang bayar nanti sudah diadopsi oleh sebagain platform belanja digital, tidak bisa dipungkiri internet sudah menggeser pola hidup masyarakat saat ini. Penggunaan internet berdampak pada berbagai sektor salah satunya ekonomi.

Kemudahan dan kepraktisan beli sekarang bayar nanti mendapat momentum yang baik di kalangan pembeli generasi milenial dan Gen –Z, dimana ciri khas dari generasi tersebut salah satunya sangat mengandalkan teknologi dalam menunjang aktivitasnya sehari-hari.

Baca Juga: 5 Hal Penyebab Kurangnya Percaya Diri di Tempat Kerja, Hindari Hal Ini Bagi Karyawan

Ide beli sekarang bayar nanti untuk membeli barang meskipun sedang tidak memiliki uang sama sekali sangat mengiurkan bagi sebagian orang.

Dengan konsep beli sekarang bayar nanti membuat konsumen melakukan pembelanjaan dengan kontrol yang kurang.

Di sisi lain konsep beli sekarang bayar nanti memang memudahkan konsumen dalam bertransasi. Hal ini menyebabkan konsumen terjebak dalam sebuah rasa aman yang salah. Dan secara psikologis akan menyebabkan belanja yang impulsive dengan menghabiskan uang yang tidak mereka miliki.

Baca Juga: Megejutkan, Peneliti Ungkap Aktivitas Fisik yang Menurunkan Resiko Kematian

Tanpa disadari, terdapat bunga tambahan yang harus dibayar konsumen di samping utang pokok ketika melakukan pembelanjaan di awal, hal tersebut belum termasuk denda keterlambatan pembayaran ataupun pajak pembelian yang dikenakan.

Dikutip Tabanan Bali dari berbagai sumber, Minggu, 7 Agustus 2022, sejauh ini belum ada regulasi khusus yang mengatur konsep beli sekarang bayar nanti.

Biaya beli sekarang bayar nanti cenderung lebih tinggi dari pada transaksi kartu kredit ataupun debit biasa. 

Baca Juga: Suka Mendaki? Berikut 5 Gunung Rekomended Bagi Pendaki yang Ingin Merayakan Momen Kemerdekaan 17 Agustus

Hal ini membuat konsumen terlilit dalam lingkaran utang dalam kemudahan bertransaksi.

Ketika konsumen sudah terjebak dalam skema tersebut dan terlambat melakukan pembayaran, tanpa disadari biaya pokok dan bunga melonjak.

Skema beli sekrang bayar nanti juga kurang diatur. Apabila dalam kartu kreit terdapat beberapa aturan dimana perusahaan memastikan konsumen mampu membayar hutang yang diambil, serta tidak membebani konsumen dengan biaya yang kurang masuk akal.

Baca Juga: Banyak Kelor di Pekarangan? Pakar Gizi: Mengendalikan Gula Darah Penderita Hipertensi

Namun dalam skema beli sekarang bayar nanti, hal semacam itu kurang diatur dan tidak memiliki batasan transaksi.

Hal inilah yang kurang disadari oleh konsumen, sehingga membuat konsumen semakin banyak melakukan transaksi pembelian meskipun tanpa biaya dengan potensi bunga yang begitu tinggi.

Apapun bentuk hutangnya, hendaknya sebagai konsumen memahami dan menganalisis dari skema transaksi yang digunakan, agar kedepanya tidak menjadi boomerang dan ancaman untuk diri sendiri.***

 

Editor: Aulia Nasri

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah