Dilansir TabananBali.com dari berbagai sumber, kata Galungan sendiri dalam bahasa Sunda berarti bertarung atau berkelahi.
Pengertian ini sepertinya terkait dengan pengartian Galungan sebagai momentum kemenangan dharma atas adharma, jika dharma dan adharma tersebut dipandang sebagai dua sisi yang saling berkompetisi.
Hal ini kemudian dipadankan dengan kata Dungulan yang diartikan menang.
Namun demikian, kata Galung juga ditemukan dalam bahasa Gayo, yang berarti jalur.
Sementara di daerah Makassar juga ada tradisi Assulu ri Galung, yang menurut salah satu penelitian, Galung diartikan sawah.
Assulu ri Galung dalam hal ini tradisi mulai turun ke sawah.
Jika dikaitkan dengan Bali yang juga menjunjung tinggi budaya agraris, hari raya Galungan tidak bisa dipungkiri sebagai momentum merayakan keberhasilan pertanian dan perkebunan.
Berbagai hari suci berkaitan dengan masyarakat agraris misalnya Tumpek Uye atau Tumpek Kandang yang berhubungan dengan ternak, Tumpek Landep untuk menyucikan peralatan atau benda tajam, dan Tumpek Wariga atau Tumpek Pengatag, disebut juga Tumpek Uduh atau Bubuh yang berhubungan dengan tanaman.