Sayang! Subak di Bali Kehilangan Puluhan Ton Bahan Kompos Tiap Musim Panen Padi

- 18 Mei 2022, 09:28 WIB
Ilustrasi - petani sedang menanam bibit padi di sawah
Ilustrasi - petani sedang menanam bibit padi di sawah /ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/Tabanan Bali

TABANAN BALI - Tiap Subak di Bali kehilangan bahan baku kompos mencapai puluhan ton saat musim panen padi.

Kehilangan bahan baku kompos di setiap Subak di Bali disebabkan kebiasaan petani yang cenderung membakar jerami padi yang dihasilkan dibandingkan mengolah menjadi kompos.

Para Petani umumnya membakar jerami untuk mempermudah pengolahan tanah guna mengejar masa tanam berikutnya padahan justru membuah bahan baku kompos menjadi hilang.

Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa (Unwar, I Nengah Muliarta menegaskan prihal hilangnya puluhan ton kompos hilang di setiap Subak di Bali.

“Rata-rata dalam satu hektar tanaman padi menghasilkan 10-15 ton jerami, artinya setiap produksi 1 kg gabah juga ada produk sampingan berupa jerami sebanyak 1-1,5 kg. Berdasarkan survei 30,34% petani cenderung membakar jerami yang dihasilkan” tegas Muliarta pada Senin 16 Mei 2022.

Menurut terdapat pula petani yang membakar jerami karena berdasarkan pengetahuan yang didapatkan bahwa abu pembakaran jerami padi  dapat bermanfaat bagi kesuburan tanah.

Beberapa teori menyebutkan bahwa pembakaran jerami padi merupakan salah satu awal penerapan pertanian organik yang berasal dari pengalaman petani. Berdasarkan penelitian terbaru menyatakan bahwa  pembakaran jerami sangat kurang efektif karena dapat merusak struktur tanah dan mengurangi aktivitas mikrobia tanah. Dengan membakar jerami padi dapat kehilangan N hingga 80%, P hingga 25%, K hingga 21% dan S mencapai 4-60% serta kehilangan bahan organik tanah.

“Jika jerami padi dibakar maka petani harus menambahkan pupuk lebih banyak. Apalagi 1 ton jerami jika diolah akan menghasilkan 1/3 sampai ½ ton kompos jerami. Kompos jerami ini mengandung unsur hara makro dan mikro” ungkap Muliarta.

Muliarta juga mengungkapkan jika pengolahan jerami padi menjadi kompos dapat menjadi jalan bagi upaya membantu pemerintah provinsi Bali dalam mewujudkan pertanian organik di Bali. Pemanfaatan kompos jerami secara bertahap juga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik mulai dari 20 hingga 80 persen.

“Kita mengajak petani untuk mulai mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Kalau langsung menggunakan organik 100% juga tidak baik, karena produksi pasti akan turun. Mengingat kompos jerami perlu mineralisasi untuk dapat diserap oleh tanaman” ucapnya

Dia menjelaskan jika langkah mengolah jerami padi menjadi kompos ini merupakan bagian dari upaya mengimplementasikan konsep low external input sustainable agriculture (LEISA).

Konsep ini menekankan pentingnya pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku kompos dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik, serta mengindari pembakaran yang selama ini dapat berkontribusi bagi peningkatan emisi gas buang.

Muliarta menambahkan terdapat beberapa kendala yang selama ini menyebabkan petani belum melakukan pengomposan jerami padi. Alasan utamanya yaitu petani belum mengetahui cara mengomposkan jerami padi, ini disebabkan karena umumnya petani mendapat pelatihan pengomposan kotoran ternak. Terdapat juga petani yang mengaku bahwa tidak mengetahui jika jerami padi dapat dikomposkan.

Disisi lain, salah satu petani sekaligus Pekaseh Subak Telun Ayah, Desa Tegalalang, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, I Made Bratha mengakui jika selama ini anggota subaknya belum ada yang melakukan pengomposan jerami padi. Jerami padi yang dihasilkan umumnya dibakar di tengah sawah.

“Selama ini kami cenderung bakar. Kami tidak tahu cara mengomposkan jerami, apalagi belum pernah dilatih untuk mengomposkan jerami padi” ungkap Bratha.

Bratha berharap penyuluhan dan pelatihan pengolahan jerami padi menjadi kompos dapat menjadi awal perubahan bagi petani untuk mulai melakukan pengomposan. Pelatihan ini juga diharapkan berkesinambungan agar petani benar-benar paham cara melakukan pengomposan dan paham manfaat pengomposan bagi kesuburan tanah dan upaya menjaga kelestarian lingkungan, terutama sawah. ***

Editor: Aulia Nasri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x