6 Hal Yang Harus Dilaksanakan Saat Hari Raya Galungan Menurut Agama Hindu

- 8 November 2021, 12:00 WIB
Ilustrasi. Perayaan Hari Raya Suci Galungan yang dilakukan Umat Hindu di Bali.
Ilustrasi. Perayaan Hari Raya Suci Galungan yang dilakukan Umat Hindu di Bali. /Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO

TABANAN BALI – Hari Raya Galungan salah satu hari raya Umat Hindu yang pelaksanaannya dilaksanakan setiap 6 enam bulan sekali atau enam bulan kalender Bali. Yakni 210 hari sekali tepatnya pada Budha Kliwon Dungulan.

Penjadwalannya didasari atas perhitungan kalender Pawukon, yaitu kalender yang penghitungannya atas dasar daur hari Wuku dan Wewaraan.

Baca Juga: Ini Makna Mendasar Mengapa Penjor Selalu Ada Saat Hari Raya Galungan Menurut Agama Hindu

Dikutip dari PHDI oleh Tabananbali.com, Senin 8 November 2021. Dari sumber sastra yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan hari raya Galungan didasari atas 4 sumber diantaranya.

  1. Kidung Panji Malat Rasmi
  2. Kitab Pararaton,
  3. Kitab Usana Bali (isinya: Mitologi Peperangan Bhatara Indra Melawan Prabhu Maya Denawa).
  4. Lontar Sri Jaya Kasunu (isinya: Mitologi Ajaran/Nasehat Bhatari Durga kepada Prabhu Sri Aji Jaya Kasunu sebagai raja Bali).

Selanjutnya kata “Galungan” berasal dari kata “galung” artinya perang atau pertarungan. Dan jatuhnya Galungan pada Wuku Dungulan.

Baca Juga: Nunas Ajengan Tak Sekedar Menyisihkan Makanan, Maknanya Amerta Penghidup, Ini Penjelasannya Menurut Hindu

Kata Dungulan artinya menyerah kalah, sebagaimana disebutkan dalam petikan Kekawin Bharata Yudha karya Mpu Sedah "....dungulaning parang muka” artinya hari menyerah kalahnya musuh-musuh manusia.

Jadi Galungan dan Dungulan adalah pertarungan atau perang (Dharmayudha) serta menyerah kalahnya musuh-musuh manusia dari godaan para Bhuta Tiga yaitu Sang Bhuta Dungulan, Sang Bhuta Galungan, dan Sang Bhuta Amangkurat.

Jika dapat memperhatikan penanggalan pada Kalender, dari hari Minggu (Redite), Senin (Soma), sampai Selasa (Anggara) pada Wuku Dungulan, terdapat wewaraan yaitu Catur Wara dan Asta Wara yang sama-sama wewaraannya sama munculnya 3 kali.

Baca Juga: Mengapa Pelangkiran Wajib Ada dalam Kamar Tidur, Ini Penjelasannya Menurut Hindu

Yakni Wewaraan Catur Wara pada bagian Jaya munculnya 3 kali yang disebut Jaya Tiga meliputi: Redite Dungulan: jaya, Soma Dungulan: Jaya, dan Anggara Dungulan juga Jaya.

Demikian pula pada Asta Wara muncul Kala 3 yaitu mulai Redite Dungulan: Kala, Soma Dungulan: Kala, dan Anggara Dungulan: Kala. Sengaja atau tidak sengaja penempatan wewaraan juga wuku pada hari raya Galungan begitu bersamaan, tentunya oleh para tetua para penyusun terselip makna juga filosofi yang mendalam untuk dikaji dan direnungi bersama.

Jadi memaknai Galungan acap kali dilaksanakan adalah warning peringatan agar manusia eling serta mampu mengendalikan dirinya dari keterbelegguan nafsu jahat, egois serta sifat-sifat negatif lainnya, sekaligus juga meredam keinginan dan ketergantungan pada badan-badan duniawi, sesuai dengan makna Galungan yaitu kemerdekaan, kelepasan, dan kesucian.

Baca Juga: Tidak Sekedar Dijalankan, Ini Makna Upacara Otonan Bagi Bayi Berusia 210 Hari Menurut Hindu

Selain kegiatan keagamaan seperti sembahyang ke Pura-pura, juga patut diisi dengan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya seperti berdana punia, dengan tetap meyasa kerthi, juga kegiatan kemanusiaan yang lainnya yang mencerminkan rasa solidaritas sosial dan kesetiakawanan sosial, sehingga memunculkan kembali sifat-sifat kedewataan manusia (Daivi Sampad).

Sementara itu dilansir dalam instagram @filasfat hindu dalam Lontar Sundarigama (2.8d), menguraikan 6 aturan (hal) mengenai pelaksanaan ibadah Galungan.

  1. Sembah bhakti dengan memusatkan pikiran untuk tujuan kesucian dan menaklukkan kegoyahan pikiran, kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Melakukan Sadhana-Bhakti (persembahan banten) ke pelinggih-pelinggih semua perwujudan manifestasi-Nya.
  3. Persembahan yang dihaturkan adalah tumpeng payas, bunga, dan sesucen.
  4. Banten di balai-balai adalah tumpeng pengambean, jerimpean, sodaan dengan ikan olahan babi goring.
  5. Sadhana-Bhakti tersebut besar-kecilnya disesuaikan dengan kemampuan atau dresta (cara dan kebiasaan setempat atau turun menurun).
  6. Sadhana-bhakti dilakukan pada pagi hari dilengkapi dengan puspa wangi dan dupa.

Baca Juga: Ini Makna dan Penjelasan Padmasana Berbentuk Kursi Kosong Menurut Hindu

Agama yang sejati berarti mengantarkan seseorang pada cinta kasih kepada Tuhan atau bhakti. Begitu pula maksud disusunnya Suńdarī Gama (agama yang indah) ini, yang mengajikan berbagai rangkaian sādhanā ritual keagamaan setiap harinya. Ini agar umat senantiasa melakukan pelayanan bhakti kepada-Nya.

Lontar Sundarigama (1.3e). 'Wahai anakku para purohita semuanya, umat Çiwa dan Buddha, dengarlah nasehatku ini, bahwa dalam ajaran Agama Çundarigama yang merupakan tuntunan pelaksanaan pensucian menurut Wariga Gemet, digunakan untuk memuja Sang Hyang Widhi, dan menjadi perantara bagi manusia untuk menyelamatkan dirinya melalui bhakti.

Baca Juga: Ini Mantra Menolak Marabahaya yang Wajib Dilantunkan Saat Sembahyang Menurut Ajaran Agama Hindu  

Rasa cinta pada-Nya dapat dikembangkan hanya melalui pelayanan bhakti. Jadi semakin seseorang meningkatkan semangat untuk berbhakti kepada-Nya, semakin ia akan membangkitkan cintanya pada Tuhan yang saat ini sedang terpendam. ****

Editor: Genta Sugiwa

Sumber: Berbagai Sumber PHDI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah