Matahari Tidak Muncul Selama 6 Bulan, Bagaimana Cara Mengetahui Waktu Salat, Buya Yahya Menjelaskan

30 November 2021, 12:55 WIB
Ilustrasi salat /

TABANAN BALI – Ibadah salat merupakan hal yang sudah ditetapkan dalam islam tentang waktu mulai dan berakhirnya.

Waktu salat lima kali sehari sudah lumrah di ketahui oleh muslim di seluruh dunia tentang kapan waktu dikerjakan.

Namun di beberapa tempat, ada negara yang lebih panjang siang dari malamnya, bahkan kadang malam lebih panjang dari siangnya.

Baca Juga: Siapa E-Commerce Paling Unggul di Indonesia Tahun 2021? Ini Daftarnya Berdsasarkan Riset

Bahkan ada suatu wilayah yang memiliki siang selama 18 jam seperti negara Belanda, lantas bagaimana cara mengerjakan sholat atau ibadah puasa padanya.

Dikutip dari laman YouTube Buya Yahya, Beliau menjelaskan memang disebagian tempat ada yang memiliki waktu siang lebih panjang dari malamnya.

Kadang pula ada negara yang memiliki malam lebih panjang dari pada waktu siangnya, bahkan ada wilayah kutub yang kadang siang terus menerus dan malam terus menerus selama 6 bulan.

Baca Juga: Mantan Rival di Liga Spanyol Dukung Lionel Messi Raih Ballon d’Or 2021, Ramos : Dia Yang Terbaik Bagi Saya

“Memang ada wilayah yang zona waktunya sangat panjang ketika siang, bahkan ada juga malamnya yang panjang seperti Belanda siangnya kadang sampai 18 jam,” tutur Buya Yahya

Jika ditinjau dalam fiqih, waktu sholat yang sudah terjadwal masih mengandalkan pergerakan matahari untuk menentukan waktu sholat.

“Sebab dalam urusan waktu sholat, memang mengikuti pergerakan matahari dengan menggunakan ilmu falak,” tutur Buya Yahya.

Baca Juga: Perjalanan Karir Sepak Bola Lionel Messi Raih 6 Kali Ballon d’Or, Tak Tertandingi Sekalipun Cristiano Ronaldo

Namun jika ingin memudahkan pembagian waktu sholat di area yang 6 bulan tidak ada matahari seperti kutub utara, maka bisa mengikuti zona waktu negara terdekat yang masih normal durasi siang dan malamnya.

“Jika 6 bulan matahari nampak terus, dan 6 bulan matahari hilang, maka bisa mengira-ngira waktu sholat dengan mengikuti negara terdekat yang masih normal durasi munculnya matahari ,” tutur Buya Yahya.

Jika ada wilayah yang siangnya 18 jam dan malamnya Cuma 6 jam, maka seyogyanya membagi waktu 6 jam tersebut berapa jarak Salat magrib, isya’ dan subuh.

Baca Juga: Messi Kandidat Terkuat Peraih Ballon d’Or 2021? Berikut 5 Kandidat Jadi Pemenang

“Jika malamnya Cuma 6 jam saja dalam suatu wilayah maka harus bisa dikira-kira kapan waktu magrib, isya’ dan subuh,” tutur Buya Yahya.

Bahkan dengan zona waktu yang lebih panjang siangnya akan lebih panjang durasi puasa pada negri tersebut.

Namun jika tidak mampu puasa selama 18 jam di negri yang lebih panjang siangnya, maka boleh berbuka dan diganti dikemudian hari.

Baca Juga: Sosok Pelatih Baru Manchester United Salah Satu pelatih Terbaik dan Motivator Klub

“Jika puasa di negri yang punya waktu siang selama 18 jam, maka boleh berbuka jika tidak mampu, dan diganti puasanya pada saat siang harinya lebih pendek dari malamnya negri tersebut,” tutur Buya Yahya.***

 

Editor: Aulia Nasri

Tags

Terkini

Terpopuler