Misteri Gunung Semeru Erupsi, Dalam Lontar dan Kepercayaan Masyarakat Jawa-Bali: Semeru Istana Para Dewa

- 7 Desember 2021, 07:00 WIB
Gunung Semeru kembali mengeluarkan awan panas (erupsi).
Gunung Semeru kembali mengeluarkan awan panas (erupsi). /ANTARA/Ari Bowo Sucipto

TABANAN BALI – Gunung Semeru, Lumajang Jawa Timur yang erupsi secara tiba-tiba pada Sabtu lalu 4 Desember 2021. Ternyata masih menyimpan duka mendalam bagi warga yang berada dilereng Gunung Semeru terdampak abu vulkanik.

Gunung semeru dikenal sebagai salah satu gunung api yang aktif. Dengan memiliki ketinggian 3.676 Mdpl dan puncaknya bernama mahameru.

Keberadaan Gunung Semeru saat ini di Tanah Jawa ternyata masih menyimpan misteri bagi masyarakat Jawa dan warga Tengger Semeru.

Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi Tepat di Sasih Kanem Bulan Bencana dan Semedi Dewi Durga, Ini Penjelasannya dalam Hindu

Bahkan bagi warga bali sendiri Gunung Semeru merupakan Gunung Suci kediaman para dewa. Seperti disebutkan dalam lontar Raja Purana Pura dan menurut kepercayaan masyarakat Bali. Gunung Semeru merupakan bapak dari Gunung Agung di Bali.

Gunung Semeru merupakan stana Sang Hyang Pasupati dan juga merupakan stana dari pusat dari seluruh pura Kahyangan Jagat di Pemujaan di Pura-Pura tersebut yang selalu dilakukan mendak turtha di Gunung.

Maka tidak heran Gunung Semeru ditakuti dan menyimpan sisi mistis. Sehingga banyak warga Bali yang melakukan persembahyangan.  

Baca Juga: Jembatan Gladak-Perak Putus Akibat Diterjang Lahar Erupsi Gunung Semeru, Jalur Evakuasi Warga Terhambat

Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh masyarakat Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru.

Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.

Sementara itu seperti dilansir Merbabu.com dan disarikan Tabanan Bali, Senin 6 Desember 2021. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno abad 15.

Pulau Jawa pada suatu saat mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak kesana-kemari. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.

Baca Juga: UPDATE! Gunung Semeru Erupsi, PVMBG Catat Guguran Lava Pijar Sampai Ketinggian 800 M, Warga Diminta Waspada

Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu di punggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.

Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas.

Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau tetapi masih tetap miring, sehingga Mereka memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut.

Baca Juga: Breakingnews! Gunung Semeru Erupsi, Warga Panik Berlarian Berhamburan Menyelamatkan Diri

Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru.

Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.

Jika melihat dari sisi geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu.

Baca Juga: Piodalan di Pura Semeru, Pemedek Wajib Miliki Hasil Negatif Rapid Antigen 2x24 Jam

Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Semeru, Gunung semeru dianggap sebagai rumah para dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Kalau manusia ingin mendengar suara dewa mereka harus semedi di puncak Gunung mahameru.

Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewa-Dewa atau mahluk halus.

Baca Juga: Breakingnews! Gunung Semeru Erupsi, Warga Panik Berlarian Berhamburan Menyelamatkan Diri

Selanjutnya daerah bergunung-gunung masih dipakai oleh manusia Jawa sebagai tempat semedi untuk mendengar suara gaib. ***

Editor: Genta Sugiwa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah