Wacana Pencoretan Rusia dari KTT G20 akan Menimbulkan Gejolak Sistem Mulitilatelar Geopolitik Dunia

- 30 Maret 2022, 09:00 WIB
Presiden Joko Widodo dan Presiden Rusia Putin
Presiden Joko Widodo dan Presiden Rusia Putin /Dok. Russian Embassy Jakarta/

TABANAN BALI – Wacana pencoretan Rusia dari KTT G20 akan menimbulkan banyak gejolak pada sistem mulitilatelar geopolitik dunia.

Sebagaimana dikutip Tabanan bali.com pada situs TASS pada Sabtu 26 Maret 2022, wacana penghapusan Rusia dari KTT G20 menjadi polemic bagi Indonesia yang merupakan sebagai tuan rumah KTT sekaligus negara Non-Blok, bahkan wacana penghapusan itu telah dibahas oleh Jubir Sekjen PBB.

Stephane Dujarric, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengatakan pada briefing pada hari Jumat 25 Maret 2022 bahwa Kelompok Dua Puluh (G20) harus memutuskan kemungkinan penggantian Rusia di dalamnya.

Baca Juga: One Piece 1044: Refrensi Dunia Nyata Kekuatan Nika Milik Luffy dari 2 Negara Ini

"Itu adalah keputusan Kelompok Dua Puluh itu, yang bukan merupakan bagian dari Sekretaris Jenderal dan PBB. Terlepas dari itu, saya akan merujuk anda pada apa yang telah kami katakan tentang masalah yang berkaitan dengan Organisasi Pariwisata Dunia PBB minggu lalu, " kata Dujarric saat dimintai komentar terkait seruan untuk mengusir Rusia dari G20.

Pada 17 Maret, Dujarric mengatakan kepada media berita Rusia TASS bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guiterres yakin kemungkinan penangguhan Rusia dari Organisasi Pariwisata Dunia PBB dapat menjadi preseden yang merugikan bagi berfungsinya sistem multilateral.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Kamis bahwa ia mendukung untuk mencoret Rusia dari Kelompok 20, tetapi beberapa negara lain tidak setuju.

Baca Juga: Sah! Dua Tersangka LPD Belumbang Dijebloskan ke Bui

Lantas juru bicara Kremlin yakni Dmitry Peskov mengatakan bahwa Format Kelompok Dua Puluh (G20) itu  penting, tetapi dalam kondisi saat ini, pengecualian dari G20 di Bali itu "tidak fatal" bagi Federasi Rusia, ungkapnya pada Jum’at 25 Maret 2022.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa dia menganjurkan pengecualian Rusia dari G20, namun dia mengakui bahwa beberapa negara lain tidak setuju dengan langkah tersebut.

“Kalau format G20 itu penting. Tapi, di sisi lain, dalam kondisi saat ini, ketika sebagian besar peserta dalam format ini justru dalam keadaan perang ekonomi dengan kita, atas inisiatifnya sendiri, tidak akan terjadi sesuatu yang fatal. Namun bagaimanapun juga, Rusia tetap berpedoman pada pendapat peserta lain dalam format ini dan akan siap, jika memungkinkan, untuk ambil bagian di dalamnya," tegas juru bicara Kremlin.

Baca Juga: 4 Daftar Nama Striker Asing yang Dirumorkan Bakal Ramaikan Bursa Transfer Liga 1 Indonesia Musim Depan

Ia kembali menegaskan jika partisipasi dalam G20 sudah tidak memungkinkan lagi, tidak akan terjadi hal yang fatal.

“Jelas, dalam kondisi ketika semua aturan WTO, hukum internasional dilanggar, kita perlu membangun jenis hubungan baru di semua bidang. Itu yang akan kita lakukan,” pungkas Peskov.

Pejabat Kremlin mencatat, AS cukup agresif melanjutkan kebijakannya mengisolasi Rusia. "Hingga saat ini, jalur ini hanya bisa efektif sebagian, dunia masih jauh lebih beragam daripada Amerika Serikat dan negara-negara Eropa," kata sekretaris pers Presiden.

Baca Juga: Arema FC Mulai Incar Sejumlah Pemain Timnas Untuk Bursa Transfer Musim Depan, Ini Daftar Namanya

Juru bicara Kremlin menjelaskan bahwa sejumlah besar negara lebih memilih pendekatan yang lebih seimbang dan bijaksana untuk apa yang terjadi: mereka mengajukan pertanyaan selama dialog langsung, setuju atau tidak setuju, tetapi mereka "tidak memotong tali."

"Oleh karena itu, tentu saja, kebijakan seperti itu tidak dapat dipertahankan dan, tentu saja, tidak dapat mencapai tujuan," simpulnya, mengomentari tindakan Barat.***

Editor: Aulia Nasri

Sumber: TASS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah