TABANAN BALI – Berikut cara memaafkan kesalahan orang yang berbuat dzalim meski terkadang terasa berat.
Namun perlu diketahui menyimpan dendam atau amarah atas kesalahan orang lain kepada kita juga tidak baik, karena akan berdampak buruk pada diri kita baik secara psikis maupun medis.
Seringkali sebagian orang dapat memaafkan kesalahan orang lain terhadap dirinya, namun jarang bisa melupakan kesalahan yang telah diperbuat. Lalu bagaimana hukumnya dari sisi akhlak?
Mari simak ulasan berikut ini. Dikutip Tabanan Bali dari video yang diunggah dalam chanel youtube MNC TV Official dalam acara Siraman Qalbu, Ustadz Dhanu memberi nasehat kepada jamaahnya mengenai permasalahan yang sering dialami oleh banyak orang, yakni memaafkan namun sulit untuk melupakan.
“Sebenarnya memaafkan boleh, namun sulit untuk melupakan. Nah sulit untuk melupakan itu diperbolehkan kalau memang sebenarnya tetap ingat permasalahanya. Atau tidak dilupakan masalahnya. Tetapi yang tidak boleh itu masih dendam atau marahnya itu tidak boleh,”tutur Ustadz Dhanu.
Sesuai dengan Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 158 yakni “…Karena itu maaafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Allah.”
Dari ayat ini dapat kita pelajari bahwasanya Allah mengajarkan dan juga menganjurkan kepada hambanya yang belajar bertaqwa untuk melaksanakan beberapa hal ketika terjadi perselisihan
diantaranya yaitu:
- Memaafkan
Allah mengajarkan dan menganjurkan hambanya bahwasanya memaafkan menjadi sebuah kewajiban ketika ada orang lain yang melakukan kesalahan kepada kita. Apalagi itu adalah saudaranya sendiri, maka memaafkan menjadi suatu kewajiban.
Baca Juga: Pemuda Asal Taman Bali Bangli Meninggal Dunia Saat Memancing Ikan di Sungai Melangit
Dalam ceramahnya ustadz Dhanu juga menjelaskan bahwasanya kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita tidak perlu dibalas, karena Allah menyukai hambanya yang senantiasa sabar.
- Mendo’akan
Dengan meneladani sifat Rasulullah ketika dizalimi orang lain, Rasulullah tidak pernah membalasnya.
“Banyak sekali cerita bahwasanya Rasulullah sering dizalimi, Rasulullah tidak membalas namun dido’akan agar orang yang mendzolimi diberi hidayah, diberi petunjuk bahkan dido’akan agar diberikan rahmat oleh Allah SWT,” ucap ustadz Dhanu.
- Bermusyawarah
Nah di sinilah hal yang harus kita fahami, bahwasanya memaafkan merupakan kewajiban bagi kita seorang muslim untuk bertaqwa kepada Allah. Ketika terjadi permasalahan dan juga perselisishan salah satu ikhtiar kita untuk menyelesaikan adalah dengan bermusyawarah bersama untuk mencari kebenaran.
- Bertawakkal kepada Allah
“Jadi apabila kita sudah memaafkan, kemudian mendo’akan, lalu bermusyawarah untuk mencari kebenaran, kemudian bulatkan tekad dan serahkan kepada Allah. Hasilnya bagaimana biarlah Allah yang mengatur dan memberikan,” kata Ustadz Dhanu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya apabila terjadi permasalahan atau suatu kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita, Allah menganjurkan untuk memaafkan karena itu berhubungan dengan ketaqwaan seorang hamba.
Kita diizinkan untuk tidak melupakan kesalahan orang tersebut, namun satu hal yang harusdiingat dan difahami. Kita tidak boleh menyimpan dendam dan amarah. Hilangkan dendam dan amarah semata-mata karena Allah SWT.
Sesuai dengan Hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi ketika ada seseorang yang datang bertanya kepada Rasulullah bagaimana cara agar dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Maka Rasulullah menjawab,
“Laa Taghdob Wallakal Jannah” yang berarti “Janganlah marah, bagimu surga”. Semoga Bermanfaat, Wallahua’lam Bishawab. ***